Dalam Hādhir al 'Ālam al Islāmi Amir Syakib Arsalan menyebutkan bahwa dari sekian faktor bangkitnya umat akhir zaman adalah kembali kepada tasawuf. Yakni memahami dan mengamalkan Ilmu Tasawuf. Dan Syekh Sayid Sabiq mengatakan,
"Tasawuf adalah satu ilmu dari ilmu-ilmu Islam, ia pada hakikatnya adalah ruh Islam dan berliannya". ('Anāshir al Quwwah fil Islām, hlm. 91)
Pada abad ke 7 setelah Rasulullah Saw wafat umat Islam berperan dalam panggung dunia. Salah satunya karena hadirnya Ulama sufi. Ketika Islam berjaya dengan menguasai wilayah hingga Eropa banyak umat Islam yang terjangkit penyakit hubbudunia. Apa yang diramalkan Rasulullah Saw benar-benar terjadi. Saat itulah tampil imam Hasan Al Basri (21-110 H), yang dikenal dengan Az Zahid (orang yang zuhud). Beliau berperan mencerdaskan dan memberishkan jiwa umat kala itu.
Setelah itu, memasuki 7 abad berikutnya hingga abad 21, dunia Islam dikuasai oleh orang-orang Nasrani. Rasulullah Saw memberikan isyarat bahwa sebelum hari kiamat terjadi akan ada tanda-tanda kiamat yang besar, di antaranya umat ini akan tampil kembali ke panggung dunia. Ibarat roda yang akan berputar, maka 7 abad saat ini adalah waktunya umat islam akan kembali menguasai panggung dunia. Hakikat dunia ini adalah pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Dan Islam akan kembali menggenggamnya. Ada fase-fase kemungkaran dan kebenaran berkuasa, Namrudz dan N. Ibrahim, Firaun dan N. Musa, kaum jahiliyyah dan N. Muhammad Saw.
Umat ini harus mempersiapkan diri karena roda kehidupan terus berputar. Islam akan segera memasuki panggung dunia (ukhrijat linnās). Kuncinya adalah persaudaraan (ukhuwwah), dan persaudaraan terbangun dengan kembali kepada tasawuf.
Imam An Nawawi ad Dimasyqi Rhm (w. 676 H) mengutip ucapan Imam Thibi, pensyarah Tafsir Al Kasy-syāf,
"Tidak pantas seorang yang alim meskipun dia memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam - sehingga ia menjadi salah seorang Ulama besar pada masanya - untuk merasa puas dengan apa yang telah diketahuinya. Yang wajib baginya adalah bergabung dengan para ahli tarekat, agar mereka menunjuki jalan yang lurus."
Merekalah ahlul qulub yang menunjukkan jalan kepada si ahli ilmu itu. Orang yang belajar tasawuf yang digabungkan dengan ilmu fiqih, maka hatinya akan disinari oleh cahaya Allah. Sebagaimana seorang pakar Balaghah dari Aljazair, Imam Abdurrahman Akhdhari (918-983 H) dalam kitabnya Jawharul Maknun mengungkapkan,
Katakanlah (Muhammad), "Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan fahsya' (keji) yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, ..." (Q.S. Al A'raf: 33)
Para Ulama tafsir mengungkapkan ada fahsyā zahir dan batin. Fahsya' yang batin adalah penyakit-penyakit hati, seperti hasad, riya, takabbur, dan lain-lain. Imam Al Ghazali Rhm menyebutkan ada 10 penyakit batin. Itulah yang dibenahi pada awal Nabi Saw berdakwah di Mekah. Sebelum ayat fiqih yang diturunkan, lebih dahulu turun ayat tentang pembersihan jiwa terhadap penyakit-penyakit batin termasuk syirik. Nabi Saw tidak hanya menumpas syirik, tapi penyakit umat lainnya.
Penyakit batin dalam ilmu tasawuf disebut hijab (penghalang) menghadap kepada Allah. Hati yang terhijab tidak akan merasakan (dzauq) Kehadiran Allah di setiap kesempatan.
Hati akan merasakan tenang bila sudah merasakan Hadir-Nya Allah. Seperti kondisi batin Nabi Saw di gua Tsur dalam ancaman musuh yang sudah berada di mulut gua. Ketika itu Nabi Saw berkata kepada Abu Bakar yang sedang khawatir, 'Jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita'.
Kunci ilmu tasawuf adalah sebagaimana ungkapan Ulama Sufi, "Kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah (farrigh qalbaka min al-aghyār), maka Allah akan memenuhi hatimu dengan ma'rifat dan rahasia-rahasia (yamla'uh bi al-ma'ārif wa al-asrār).
Tanda orang yang berbahagia adalah qalbu-nya merasa bersama dengan Allah. Hilang rasa takut dan gelisah. Bahwa zuhud tidaklah identik dengan miskin, tapi kosong hatinya dari dunia dan makhluk.
Ada seorang Mursyid Tarekat Syadziliyah yang mengajarkan tentang zuhud yang sesungguhnya. Allah menakdirkannya sebagai mursyid yang kaya. Ia selalu mengenakan pakaian yang bagus (keren). Konon beliau punya kuda yang Raja Mesir tidak mampu membelinya. Dan dalam satu majelis Syekh Abul Hasan asy Syadzili menggunakan selendang paling mahal. Lalu ketika dibuka kesempatan bertanya bagi para muridnya ada seorang jamaah yang bertanya, 'wahai guruku, engkau mengajarkan zuhud tapi engkau sendiri menggunakan selendang yang paking mahal'. Jawab Syekh Abu Hasan As Syadzili, "aku menggunakan selendang ini tapi selendang ini tidak masuk ke dalam hatiku. Sementara engkau tidak memilikinya tapi selendang ini masuk ke hatimu".
Qalbu orang yang zuhud senantiasa hidup, berdzikir di segala aktifitas (sambil berdiri, duduk maupun berbaring).
Kebahagiaan bukanlah diukur dari jabatan atau harta yang banyak, tapi berada di dalam qalbu. Ada dalam dirinya sendiri. Hati merasakan Kehadiran Allah Yang Meliputi, Melindungi, Menguasai segalanya. Ketika merasakan Zat Yang Sempurna dan Segala-galanya hilanglah semua ketakutan dan kesedihan urusan dunia.
Dengan pembersihan jiwa, qalbu akan dijinakkan Allah (fa-allafa bayna qulūbikum fa ashbahtum bini'matihī ikhwānā). Maka persaudaraan karena Allah hanya diwujudkan tatkala qalbu telah bersih dari segala kotoran. kalau ingin dipersaudarakan oleh Allah maka qalbu harus bersih.
Penyakit batin seperti 'ujub (keegoan) merasa dirinya paling soleh, hebat, benar, berilmu, berjasa, tidak akan bisa mendekat kepada Allah. 'Ujub akan menghancurkan ibadah dan menghancurkan persaudaraan. Hanya dengan hati yang bersih maka akan terjalin persaudaraan dengan baik.