Persaudaraan sesama ahlus sunnah wal jamaah beberapa tahun belakangan mendapatkan tantangan besar dari kalangan Salafi Wahabi. Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Karena kader-kader mereka telah disuguhi karangan-karangan yang membahayakan. Berikut ini ada 3 kitab utama kelompok mereka yang dikarang oleh pendiri Wahabi (Syekh Abdul Wahab [1115-1206 H]) yang isinya cukup untuk diwaspadai,
1. Syarah kitab Tauhid
2. Ushūl ats Tsalāsah
3. Kasyfu as Syubuhāt
Pemahaman Wahabi ini harus diketahui. Hilir mudik info tentang ajaran Wahabi ini tidak boleh didengar sebelum melakukan tabayyun (mencari penjelasan). Buktikan, apakah benar info tersebut. Pada kesempatan ini kita bedah pemahaman mereka itu.
Paham wahabi membagi (taqsim) ilmu tauhid menjadi 3 bagian atau trilogi tauhid,
1. Tauhid Rubūbiyah
2. Tauhid Ulūhiyah
3. Tauhid Asmā wa Shifātihi
Konsep ini terlihat biasa, tidak ada yang berbeda dengan ajaran Tauhid pada umumnya. Tapi konsep tauhid yang dibuat oleh Abdul Wahab ini kemudian membuat fitnah besar bagi umat khususnya ahlus sunnah wal jamā'ah.
Beberapa poin yang perlu diperhatikan,
1. Dalam kitab Kasyfu as Syubuhāt disebutkan bahwa semua para Rasul hanya mendakwahkan Tauhid Ulūhiyah (ifradallāh fil 'ibādah), tidak mentauhidkan Allah sebagai Pencipta, Pemelihara.
Semua orang (walaupun) atheis menurut wahabi bertauhid rububiyyah. Hal ini dijelaskan dalam kitab Kasyfu as Syubuhāt halaman ke 40. Firman Allah SWT,
Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab, "Allah." Maka katakanlah, "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" (Q.S. Yunus: 31)
"Pengakuan musyirikin Mekah dulu ketika ditanya siapa yang menciptakan langit dan bumi, jawabnya adalah Allah". Kaum musyrikin mengakui Allah sebagai Tuhan Pencipta. Menurut Abdul Wahab bahwa semua manusia sudah mengaku bahwa Allah sebagai Pencipta (bertauhid Rububiyyah).
Di dunia ini banyak orang yang tidak mengakui Tuhan (atheis). Tidaklah mungkin orang yang beragama Hindu mengatakan 'Allah' ketika ditanya 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Karena selain Islam akan mengungkapkan Tuhannya masing-masing. Sehingga Tauhid Rububiyyah tidak perlu didakwahkan buat mereka yang bukan Islam.
2. Dalam halaman 57, Imam Muhammad bin Abdul Wahab menyebutkan mazhab Asy'ari adalah mazhab yang batil. Hanya madzhabnya (Wahabi) saja yang benar.
"Maka tatkala datang kepada mereka Rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa bukti yang nyata, mereka merasa senang dengan (ilmu) pengetahuan yang ada mereka."(Q.S. Al-Mu'min: 83).
Ayat yang dituduhkan Allah kepada kaum musyrikin ditarik dan dituduhkan kepada orang yang beriman. Inilah corak penafsiran Wahabi.
Kita sebagai pengikut mazhab Asyari ini dituduh sebagai orang yang tauhid-nya batil. Menuding yang tidak bertauhid kepada mazhab mereka salah semua. Kita ini diusik persaudaraan kita.
3. Pemahaman Wahabi merupakan bibit teroris. Dalam kitab Kasyfu as Syubuhāt Nabi Saw dituding sebagai orang yang memerangi kaum musyrikin. Padahal dalam sejarahnya Nabi Saw di Mekah 13 tahun dalam kondisi bertahan, tidak memerangi. Kemudian setelah di Madinah 2 tahun diperangi, barulah kaum muslimin diperintahkan untuk memeranginya. Nabi Saw berdakwah dengan hikmah dan berdebat dengan cara yang baik. Perang dalam kebijakan Islam itu karena terpaksa karena diperangi. Diizinkan berperang karena diperangi. Bersifat defensif bukan ofensif. Menurut mereka kaum musyrikin itu halal darahnya dan hartanya untuk diambil.
Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu. (QS. Al-Hajj Ayat 39)
4. Sholawat Thibbul Qulub di mana Nabi Saw sebagai obat hati itu dianggap syirik. Orang yang bertawasul kepada Nabi dan orang saleh dianggap musyrik. Ia membagi musyrikin itu menjadi 2:
(1) musyrik yang awal (awwalūn), yang menyembah berhala
(2) musyrik yang akhir (muta-akhirūn). Mereka berwasilah. Menjadikan Nabi Saw dan orang-orang saleh sebagai wasilah. Mereka menuduh musyrik. Mereka kita menuding kita berwasilah, dianggapnya Nabi Saw dan orang saleh adalah sembahan. Dan parahnya musyrikun yang akhir lebih berbahaya dibanding musyrik yang awal.
Pada halaman ke 90, sesungguhnya syiriknya orang-orang yang awal lebih ringan dibandingkan di zaman sekarang, dengan didasari dua dalil,
1) Musyrik yang awal tidak berbuat syirik dengan meminta kepada selain Allah, di waktu senang (tenang). Tapi ketika dalam keadaan darurat mereka baru berdoa kepada Allah. Firman Allah SWT, "Dan bila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama."(Q.S. Luqman: 32).
Adapun musyrik yang akhir, bersholawat kepada Nabi Saw dan orang-orang yang soleh meminta dalam keadaan senang dan susah.
2) Musyrik yang awal menyembah kepada selain Allah yaitu malaikat yang suci, batu, pohon. Sedangkan musyrikun yang akhir menyembah kepada orang yang fasiq. Diyakini ada Wali Allah ada yang berlepas dari taklif (kewajiban) Allah. Para mursyid dianggap orang yang paling fasik.
Kalau dari sisi luar, ada kitab-kitab yang ditakuti oleh pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, yakni Fitnatul Wahabiyyah yang dikarang oleh Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan seorang Mufti Mekah bermadzhab Syafi'i. Beliau Guru Ulama-ulama Nusantara seperti Syekh Khalil Bangkalan, Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi, Syekh Nawawi al Bantani, dan lain-lain. Beliau mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab sudah diprediksi oleh Ulama-ulama akan menjadi orang yang berbahaya karena membawa kesesatan yang besar. Terbukti sekarang Muhammad bin Abdul Wahab sudah mengkafirkan orang-orang yang beriman. Orang yang berziarah ke makam Nabi Saw, makam wali, bertawasul dianggap perbuatan syirik.
Dulu Muhammad bin Abdul Wahab bekerjasama dengan Muhammad bin Saud (Saudi Arabia) seorang Amir dari Diryah (Nejd). Yang satu berambisi dengan penyebaran pahamannya, yang satu berambisi dengan kekuasaan. Dengan berkolaborasi kedua kekuatan ini sampai membunuh banyak kaum muslimin, tak terhitung. Bahkan ketika merebut Hijaz, Mekah dan Madinah menggunakan senjata Inggris untuk membunuh kaum muslimin. Musibah terbesar sepanjang sejarah umat Islam adalah fitnah wahabi. Sekarang mereka berganti kulit dengan 'salafi' tidak mau disebut dengan wahabi, padahal kitab-kitab wahabi itulah yang dipelajarinya.
Maka kita sebagai warga Nahdyilin berkewajiban untuk mempertahankan wilayah kita dari paham mereka yang akan mendirikan pesantren Ihya as Sunnah. Maka kita wajib menolak karena pemahaman mereka yang merusak, mencabik-cabik dan merusak persaudaraan Islam. Kaum muslim disebut dengan musyrik bahkan lebih syirik dari Abu Jahal dan Abu Lahab. Bagaimana nanti anak cucu kita kalau belajar ke sana, akan menjadi orang yang kasar dan radikal. Kita jangan kecolongan. Kita bukan yang memecah belah, justru mereka yang memecah belah umat dengan kitab-kitab rujukannya dan pergerakan dakwahnya. Setelah lahir masa reformasi mereka leluasa menyebarkan pemahamannya ke Indonesia dengan didukung dana yang besar dari Timur Tengah seperti Saudi, Kuwait, Qatar.
Sebagai warga Ahlus Sunnah wal Jama'ah harus peduli dan melindungi umat dari pemahaman yang radikal seperti ini, karena mereka mengkafirkan orang-orang muslim. Bukan tanpa alasan mencegah mereka, sangat beralasan. Kita telah lihat langsung dari sumber kitab-kitab mereka, bukan katanya lagi. Terbukti dari poin-poin di atas, pemahaman Salafi Wahabi adalah pemahaman yang keluar dari manhaj ahlus sunnah wal jamaah.
Kita juga bukan menyebar kebencian tapi paham mereka yang berbahaya, keluar dari bingkai aqidah ahlus sunnah. Kita bisa lihat sepintas tapi harus lihat kitab rujukannya, sehingga bisa melihat gambarannya. Di mana-mana banyak kegaduhan di masjid-masjid karena ajaran mereka tersebut.
Kita bukan menuding Kaum Wahabi atau Salafi itu kelompok kafir, karena paham ahlus sunnah wal jamaah melarang perbuatan tersebut. Pantang bagi ahli kiblat mengkafirkan sesama muslim. Bahkan seorang ahlus sunnah bermakmum kepada imam orang yang fājir (berbuat maksiat), karena menunjukkan kebersamaan bukan pecah belah. Tapi sifat Wahabi memvonis sesama muslim, ayat yang ditujukan kepada orang kafir malah ditujukan kepada orang muslim. Ini disebabkan karena tidak menggunakan kaidah tafsir, sehingga merujuk Al Quran Sunnah tanpa menggunakan kaidah yang benar yang ditetapkan oleh para Ulama.
Mudah-mudahan Allah jaga lingkungan dan masyarakat dari pemahaman yang merusak persaudaraan.