P. Musa Sidik (alm) ketika melihat jasad ayahnya telah terbujur kaku, beliau menangis lama sekali. Ketika itu ia berkata, 'Apakah saya bisa wafat seperti (keadaan) ayah saya?' Ia bertanya seperti itu karena menjelang wafatnya ayahnya sempat diperlihatkan Kerajaan langit, dibawa gurunya ke alam surgawi. Tidaklah ayahnya wafat melainkan sudah dikabarkan kenikmatan-kenikmatan yang belum pernah ia alami seumur hidupnya. Gurunya sendiri yang memandikan dan menyalatkan jenazahnya, betapa beruntungnya.
Tak lama setahun kemudian, ia pun sebagai putranya menyusul Sang ayah tercinta. Keluarga P. Muhammad Sidik tak menyangka di dalam keluarganya ada 2 orang sekaligus berpulang dalam waktu yang berdekatan, Sang ibu pun sempat bertanya kepada Gurunya, Syekh Akbar Muhammad Dahlan Ra, 'Kenapa anak saya yang pulang lebih dahulu? Bukankah seharusnya saya yang lebih tua?' Syekh Akbar menjawab, 'Habis, ia maksa terus menerus!'
Menurut sang Ibu selepas beberapa hari kepergian P. Sidik, beliau sering datang secara nyata bagaikan belum mengalami kematian. Begitu pula dengan kepergian anaknya, P. Musa. Bahkan P. Musa memesan makanan kesukaannya dengan menambahkan 'tolong mak, banyakin gulanya'. Seperti layaknya masih hidup.
Sepeninggal P. Musa didapatilah agenda harian yang biasa ditulisnya. Di dalamnya tertulis angka 40 dengan tulisan yang besar. Seakan memperlihatkan angka itu istimewa. Baru setelah Beliau meninggal angka itu menjadi catatan penting bahwa usianya telah diingatkan Allah sampai batas 40 tahun. Ia telah diberitahu kapan usianya akan berakhir, Dan tepat di usia tersebut ia wafat, berpulang ke Rahmatillah. Syekh Akbar mengabarkan keduanya memiliki pangkat kewalian Imamaini, suatu peringkat kewalian yang tertinggi di bawah Sulthan Awliya. Wallahu A'lam.
P. Yahya Sidik sang anak merasa beruntung telah menyaksikan ibadah kedua orang pilihan Allah dalam keluarganya, sehingga ia bisa mencontohnya. Bagaimana mereka berperilaku sehari-hari, sedikit berbicara, bangun malam, dll. P Sidik dari sisi ayahnya masih keturunan Sunan Mangkurat Mas II yang merupakan ajudan Pangeran Diponegoro. Setelah perang keturunannya melahirkan Ulama-ulama. Suatu ketika kakeknya mengusap-usap kepalanya dan mengatakan bahwa kelak dari garis keturunannya (P. Sidik) akan lahir Wali-wali Allah. Alm P. Sidik belum mengerti saat itu. Barulah ketika ia mendapatkan Syekh Akbar sebagai sosok Sulthan Awliya, pernyataan tersebut terbukti.
Nb. Foto lukisan alm yang pernah dilukis oleh Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan di usia muda.